Jumat, 18 November 2011

Cintaku Pada Cinta


Kadang aku jatuh cinta. Entah pada siapa. Hanya mencinta tanpa dicintai. Rindu pada sesuatu yang tak ada. Mungkin aku hanya mencintai rasa yang tumbuh, euphoria yang membuncah, bermain bersamanya, kemudian meninggalkannya jika bosan. Namun akan selalu kembali untuk mencintai. Aku tak juga jera mencinta.

Indah. Aku cinta diriku ketika aku jatuh cinta. Jiwaku benyanyi riang. Kehangatan menyelusup masuk dalam batinku. Duniaku mekar. Harum yang selalu kucari. Matahari hanya menyinariku. Hujan tercipta untukku, dan pelangi tersenyum padaku. Hanya aku. Langkahku ringan. Tidak, aku tak melangkah ketika jatuh cinta. Aku melayang bersama angin. Hinggap di tempat yang kusuka. Berpijak di tanah yang kuinginkan. Bersua dengan euphoria kembali dan melambaikan selamat tinggal pada luka. Tinggal di sana sampai aku ingin pergi. Lagi. Dan angin kembali menghantarku. Ia sahabatku yang paling setia.

Namun aku benci ketika aku tak mencinta. Aku hampa. Jiwaku terbang bersama angin tanpa diriku. Aku sendirian. Aku bosan. Aku kesepian menunggu kapan jiwaku kembali. Luka yang kutinggalkan kembali menyapaku. Membawa sakit menusuk. Merobek hati kosong yang ditinggalkan oleh jiwaku. Hanya dingin dan pedih yang dapat kurasakan. Aku ingin kehangatan itu kembali.

Jatuh cintaku manis. Memenuhi ruang yang kosong. Memanaskan darahku. Menyejukkan batinku. Aku selalu rindu jatuh cinta. Aku ingin terus jatuh cinta. Aku tak ingin tak lagi bisa mencinta.

Hanya saja, saat ini aku tak bisa mencinta. Jiwaku tengah berkelana seorang diri. Mungkin menemui sesosok jiwa lain dalam kehampaan yang ia tinggalkan untukku. Jika angin hendak menyampaikan, aku titip salam cinta untuk jiwaku yang tengah bercengkrama. Ketika jiwaku kembali, aku ingin ia bercerita tentang rendezvous-nya. Dan suatu saat nanti, angin akan kembali mengantarku. Dipandu oleh jiwaku. Bertemu jiwa yang sering bersua jiwaku dalam kehampaan. Namun kali ini aku berjumpa tidak dalam kehampaan, melainkan dalam kehangatan cinta. Aku hinggap di sampingnya dan tak lagi pergi. Angin hanya menghantarku sekali jalan. Tak membawaku pulang. Lalu, akankah aku berhenti jatuh cinta?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar