Sabtu, 02 Maret 2013

laporan praktikum analitik "analisis gravimetri'


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya. Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat – zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer. Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja kita sebagai insiyur teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting.

1.2        Maksud Percobaan
Setelah percobaan ini dilakukan, mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti konsep analisis menggunakan gravimetric. Dan untuk menentukan jumlah endapan klorida.











BAB II
DASAR TEORI

2.1  Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti
aA + R → AaRr
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bias ditimbang setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi:
Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)
CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)
Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa gravimetri sebagai berikut :
Metode pengendapan Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam. Metode peguapan atau pembebasan (gas) Metode elektroanalisis Metode ekstraksi dan kromatogravi. Pada percobaan yang dilakukan praktikan menggunakan cara pengendapan.

2.2  Gravimetri Pengendapan
Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna. Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang. Syarat – syarat senyawa yang di timbang : Stokiometri Mempunyai kestabilan yang tinggi Faktor gravimetrinya kecil
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
1.  Memilih pelarut sampel Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
2.  Pengendapan analit Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna. Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 => CaC2O4 (endapan putih)
3. Pengeringan endapan Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.
4.  Menimbang endapan Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and Underwood, 2002). Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1.  Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood, 2002).
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif. Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya (Hardjadi, 1993).
Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis (Harjadi, 1993).
Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2 macam :
(1) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan pengendapnya anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan gravimetri.
(2) Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut terkorosipitasi dengan sulfat (Day and Underwood, 2002).
Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari. Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu mengganggu; kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif. Ketika isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil, dan prosedur pengendapan umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk meminimalisirkan kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :
1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-awal pengendapan
2. Pencucian
3. Pencernaan
4. Pengendapan kembali Suatu endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor (impurities) bila partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran partikel, pengotor tersebut bisa tertutup dalam kristal. Kontaminasi jenis ini disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk membedakan dari kasus dimana padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang terkepung tidak dapat dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan tersebut seringkali dapat disempurnakan dengan pencernaan (Day and Underwood, 2002).
Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa. Hasil reaksi ini dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang terbentuk dari bahan yang diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara evolusi dan cara pengendapan (Harjadi, 1993).
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan jenuhnya. Kelarutan suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan- bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).
Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai analit dalam sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:
%A = Bobot A x 100 % Bobot sample atau, jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu: fg = BA atom A x 100 % BM endapan Maka, persentase analitnya:
%A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100%
berat sampel
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :
1. Tidak langsung Dalam hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.
2. Langsung Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua penimbangan (Harjadi, 1993). Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetric dibedakan menjadi dua macam:
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya berupa senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan pengendapnya mungkin organik atau anorganik.
2. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan elektrogravimetri (Harjadi, 1993).

2.3  Aplikasi
Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbahpadat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi perah. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Salah satu upaya untuk mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis. Upaya memadukan tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki manfaat ekologis dan ekonomis. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan interaksi di antara berbagai faktor yang ada dalam sistem usahatani.  
Sebagai upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif untuk memperbaiki produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara lain melalui teknologi sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih. Bapedal (1998) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih tidak hanya menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur hidup produksi, yang dimulai dari pengadaan bahan baku dan pendukung, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya sampai ke distribusi serta konsumsi.
Penggunaaan dari pada Gravimetri disini adalah pada konsep Analisis. Seperti menganalisa zat padat terlarut, ataupun zat padat tersuspensi. Berdasarkan permasalahan dan konsep produksi tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat daur hidup sistem usahatani tersebut dan mengetahui berapa besar zat pencemar yang dihasilkan dapat diminimisasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sistem usaha peternakan yang menerapkan produksi bersih, sekaligus sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah dan swasta dalam pengembangan sistem usaha peternakan yang ramah lingkungan.





BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Ø  Buret
Ø  Gelas Beker
Ø  Filter paper
Ø  Hot plate
3.2  Bahan
-          HNO3 pekat
-          H2SO4 pekat
-          Padatan AgNO3
-          Padatan NaCl
-          Aquadest

3.3 Prosedur Kerja
A. Pembentukan Endapan
Ditimbang NaCl 0,3 gram
 


              larutkan
0,5 mL asam sitrat pekat
Aquadest sampai 150 mL
              
Hitung mmol 0,2 M AgNO3
  +
                                                                                                          
Tambahkan AgNO3 sampai kelebihan 10 %
                                            Dipanaskan sambil diaduk

 

Aduk selama pemanasan
Biarkan endapan sempurna mengendap
Diamkan selama 30 menit
 






Keringkan endapan
B.  Filtrasi
 

                                             Diaduk sedikit demi sedikit
Saring endapan tersebut
 


Letakan dalam
Aluminium foil
 



C.  Pengeringan dan Penimbangan Endapan
Oven pada suhu 120-1300C
 


Timbang endapan yang dihasilkan
Dinginkan
                                 selama 30 menit
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1  Data Hasil Pengamatan
NaCl yang ditimbang sebesar 0,3 gram, dimasukan ke dalam 500 mL gelas beker. Larutkan sampel ke dalam aquadest dan encerkan sampai 150 mL, kemudian ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat, setelah itu hitung hasil dari 0,2 M AgNO3..dicari volume yang dibutuhkan untuk di tambahkan dengan larutan sampel dalam gelas beker tersebut, volume yang di dapat sebesar 25,5 mL, kemudian dimasukan ke dalam gelas beker dan selanjutnya dipanaskan pada suhu 32,10C samapai mendidih sambil dilakukan pengadukan untuk menghindari terjadinya bumping dari larutan selama pemanasan, dan untuk menghindari hilangnya endapan. Biarkan endapan sempurna mengendap, dan untuk mengecek endapan terbentuk sempurna, tambahkan beberapa tetes perak nitrat. Biarkan penutup beker dan diamkan selama 30 menit, tetapi karena tidak ada penutup beker maka kami tidak gunakan dan untuk mendinginkan larutan sampel tersebut, letakan larutan sampel yang terdapat dalam gelas beker ke dalam baskom berisi air.
Setelah itu timbang kertas saring, hasil yang didapat sebesar 1,91 gram, kemudian lakukan penyaringan sampai terdapat endapan dan letakan hasil endapan tersebut beserta kertas saringnya ke dalam aluminium foil. Setelah itu dikeringkan dengan memasukan ke dalam oven pada suhu 120-1300C selama 30 menit. Setelah itu dinginkan dan ditimbang. Sehingga hasil hasil endapan atau hasil praktek yang didapat sebesar 0,69 gram.

4.2  Analisis Data
Menghitung mmol dari 0,2 M perak nitrat
Reaksi :           NaCl  +  AgNO3                       AgCl  +  NaNO3
Dik :  BM NaCl        =  58,5 gram/mol                        Dit :  gram AgNO3 ……??????
BM AgNO3   =  170 gram/mol
Peny : 
-          mol NaCl =  =  = 0,005 mol = 5,1 mmol
-          perbandingan mol NaCl  :  perbandingan mol AgNO3
                                 5,1  :  5,1
-          V =  =  = 25,5 mL

-          0,2 M AgNO3 50 mL
Gram = M x V x Mr
=  0,2 x 0,05 x 170 gram/mol
=  1,7 gram
Jadi, gram AgNO3 yaitu sebesar 1,7 gram

4.3  Pembahasan
1. Penentuan Kadar Klorida dalam Sampel
    a. Proses pengendapan klor dengan larutan AgNO3
Pada percobaan ini dibuat larutan klorida dimana dibutuhkan 0,3 gram padatan klorida yang dilarutkan ke dalam 150 mL akuades. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan 0,5 mL HNO3 dan AgNO3 setetes demi setetes sampai tetesan AgNO3 tidak menghasilkan endapan. Dengan adanya penambahan HNO3 dan AgNO3 yang berasal dari ion yang sama yakni NO3- maka hal ini akan memberikan efek padatan klorida yang ada di dalam larutan akuades yaitu akan mengurangi kelarutan padatan klorida. AgCl akan mengendap yang hasilnya pada larutan terbentuk AgCl berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :
Cl- + Ag+                     AgCl (putih)
NaCl + AgNO3                       AgCl + NaNO3
Larutan selanjutnya dipanaskan, kemudian ditambahkan AgNO3, penambahan dihentikan jika larutan tidak membentuk endapan lagi. Larutan yang tidak benar-benar jenuh ini didiamkan ditempat yang gelap, hal ini dilakukan karena perak klorida peka terhadap cahaya dimana pada reaksinya terjadi penguraian menjadi perak klor, dengan perak tetap terdispersi sebagai koloid dalam perak klorida tersebut.
    b. Proses isolasi dan pengeringan endapan
Pada tahap ini endapan dari hasil percobaan yang sebelumnya disaring. Endapan yang dihasilkan dari percobaan sebelumnya, di masukkan ke dalam oven pada suhu 120-130oC dengan tujuan untuk menhilangkan air yang dikandung sehingga didapatkan endapan klor murni dan endapan tidak lagi menempel pada kertas saring. Air dapat tertahan dalam suatu partikel selama pembentukan kristal dan air yang telah tertahan dapat dihilangkan pada temperatur tinggi yaitu dengan cara menguapkannya. Dari hasil perhitungan didapatkan banyaknya klor dalam campuran sebanyak 0,69 gram  dan kadar klornya adalah 53 %.



4.4  Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.
2.   Kadar klor dalam larutan sampel yang ditentukan secara gravimetri adalah sebesar 53%.
3.   Rendemen dalam sampel sebesar 230 %


Pertanyaan..???
1.      Jelaskan fungsi penambahan HNO3 ..?
Jawab :
Fungsi penambahan HNO3 dan AgNO3 yang berasal dari ion yang sama yakni NO3- maka hal ini akan memberikan efek padatan klorida yang ada di dalam larutan akuades yaitu akan mengurangi kelarutan padatan klorida. AgCl akan mengendap yang hasilnya pada larutan terbentuk AgCl berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :
Cl- + Ag+                     AgCl (putih)

2.      Hitunglah persen Cl dalam sampel..?
Jawab :
Menghitung persen cl dalam sampel
Dik :  berat sampel  =  0,3 gram                       Dit : % Cl dalam sampel ..???
Berat endapan  =  0,69 gram
Peny : Reaksinya
Ag+  +  Cl-          AgCl
% Cl  =    x 100
=    x 100
=    x 100
=    x 100
=  0,53 x 100
= 53
Jadi, persen Cl yang di dapat sebesar 53 %
Menghitung rendemen
Rendemen =   x 100 %
=    x 100 %
=  2,3 x 100 %
=  230 %
Jadi, rendemen yang di dapat sebesar 230 %
3.      Bagaimana untuk mendapatkan endapan yang besar selama percobaan..?
Jawab :
Untuk mendapatkan endapan yang besar selama percobaan harus di lakukan pemanasan semaksimal mungkin dan banyak di tambahkan larutan HNO3 dan AgNO3 karena kedua larutan tersebut yang dapat membentuk endapan berwarna putih..karena sama-sama memilki ion NO3-


2 komentar:

  1. apakah tidak ada daftar pustakanya?

    BalasHapus
  2. Kalo menurut saya laprak nya sangat efisien dan bacaan mudah dimengerti,sayangnya utk kelengkapan kurang dapus nih hhe

    BalasHapus