BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tahap pengukuran dalam metode
gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua
komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan
teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari
pengganggu-pengganggunya. Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia
kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang di dapat dari
proses pemisahan analit dari zat – zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang
telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan
endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka
sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang
enginer. Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana
cara analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung
kinerja kita sebagai insiyur teknik cara analisa ini mungkin juga sangat
penting.
1.2
Maksud Percobaan
Setelah percobaan ini dilakukan, mahasiswa diharapkan
dapat lebih mengerti konsep analisis menggunakan gravimetric. Dan untuk
menentukan jumlah endapan klorida.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Gravimetri
Analisis
gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan
rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung
dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan;
metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2
metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor pengoreksi dapat
digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri
adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.
Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu
kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang
langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya
pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan
zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan
atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan
dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase
bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Suatu metode
analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti
aA + R → AaRr
dimana a molekul
analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr,
biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bias ditimbang setelah
pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya
diketahui, untuk kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan
secara gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat
tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi:
Ca2 +
CaO42- → CaC2O4(S)
CaC2O4
→ CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)
Pemisahan unsur
atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa
gravimetri sebagai berikut :
Metode
pengendapan Pelarut
yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HCl, H2SO4,
dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam. Metode peguapan atau pembebasan (gas) Metode elektroanalisis Metode ekstraksi dan
kromatogravi.
Pada percobaan yang dilakukan praktikan menggunakan
cara pengendapan.
2.2 Gravimetri Pengendapan
Gravimetri
pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak
didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan
sempurna. Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam
bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan
ditimbang. Syarat
– syarat senyawa yang di timbang :
Stokiometri Mempunyai kestabilan yang tinggi Faktor gravimetrinya
kecil
Adapun
beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
1. Memilih
pelarut sampel Pelarut
yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HCl, H2SO4,
dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
2. Pengendapan
analit Pengendapan
analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya
dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan
dengan sempurna. Misalnya
: Ca+2 + H2C2O4 => CaC2O4 (endapan putih)
3. Pengeringan endapan Pengeringan yang
dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan
sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau
biasa pada karbon dinamakan pengabuan.
4. Menimbang
endapan Zat
yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas Biasanya reagen R
ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and Underwood,
2002). Dalam
menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, yaitu :
1. Proses
pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang
dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai
susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak
akan diperoleh hasil yang galat.Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi
oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan
endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang
signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang
menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan
dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang
memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and
Underwood, 2002).
Dalam
analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil
reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan
sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara
pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan ditimbang. Atas dasar
membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : endapan
dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang
dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan
cairan pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas
tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif. Sudah dijelaskan bahwa
dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan.
Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa
direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang
terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut.
Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri yaitu
cara evolusi dan cara pengendapannya (Hardjadi, 1993).
Endapan
murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain
(zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh
zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi
macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir- butirnya
tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran penyaringan
dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk
menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang
terbawa secara mekanis (Harjadi, 1993).
Gravimetri
dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan
dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka
gravimetri dibedakan menjadi 2 macam :
(1)
Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan
biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin
diendapkan, bahan pengendapnya anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang
biasa disebut dengan gravimetri.
(2)
Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat
dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut
dengan elektrogravimetri.Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh
para analis adalah menggunakan endapan sebagai cara pemisahan dan penentuan
gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat kemurnian yang
tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan
zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya,
bila asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil
ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka
dikatakan bahwa nitrat tersebut terkorosipitasi dengan sulfat (Day and
Underwood, 2002).
Kontresipitasi
merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari.
Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu
mengganggu; kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut
isotop-isotop radio aktif. Ketika isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi
uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil, dan prosedur pengendapan
umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk meminimalisirkan
kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :
1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-awal pengendapan
1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-awal pengendapan
2.
Pencucian
3.
Pencernaan
4.
Pengendapan kembali Suatu
endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor
(impurities) bila partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran
partikel, pengotor tersebut bisa tertutup dalam kristal. Kontaminasi jenis ini
disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk membedakan dari kasus dimana
padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang terkepung tidak dapat
dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan tersebut
seringkali dapat disempurnakan dengan pencernaan (Day and Underwood, 2002).
Dalam
hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa.
Hasil reaksi ini dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu
endapan yang terbentuk dari bahan yang diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil
yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara evolusi dan cara
pengendapan (Harjadi, 1993).
Banyak
sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan.
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari
larutan. Endapan mungkin berupa kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan
dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s) suatu
endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan
jenuhnya. Kelarutan suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu,
tekanan, konsentrasi bahan- bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi
pelarutnya (Svehla, 1990).
Dalam
prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai
analit dalam sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:
%A
= Bobot A x 100 % Bobot
sample atau,
jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu: fg = BA atom A x 100 % BM endapan Maka, persentase
analitnya:
%A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100% berat sampel
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :
%A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100% berat sampel
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :
1.
Tidak langsung Dalam
hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai
selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.
2.
Langsung Gas
yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas
yang bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu
sebelum dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua
penimbangan (Harjadi, 1993).
Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan
sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar
cara membentuk endapan, maka gravimetric dibedakan menjadi dua macam:
1.
Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya
berupa senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan
pengendapnya mungkin organik atau anorganik.
2.
Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat
dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan
elektrogravimetri (Harjadi, 1993).
2.3 Aplikasi
Pengelolaan
Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah Limbah peternakan umumnya meliputi semua
kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa
limbahpadat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan Pengelolaan limbah yang kurang baik akan
menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi perah. Sebaliknya bila limbah
ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Salah satu upaya untuk
mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha
lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos,
budidaya ikan, budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling
sinergis. Upaya memadukan tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki
manfaat ekologis dan ekonomis. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian
merupakan interaksi di antara berbagai faktor yang ada dalam sistem usahatani.
Sebagai
upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif untuk
memperbaiki produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara
lain melalui teknologi sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi
bersih. Bapedal (1998) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu
diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga
mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih tidak hanya
menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur
hidup produksi, yang dimulai dari pengadaan bahan baku dan pendukung, proses
dan operasi, hasil produksi dan limbahnya sampai ke distribusi serta konsumsi.
Penggunaaan dari pada Gravimetri
disini adalah pada konsep Analisis. Seperti menganalisa zat padat terlarut,
ataupun zat padat tersuspensi. Berdasarkan permasalahan dan konsep produksi
tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
manfaat daur hidup sistem usahatani tersebut dan mengetahui berapa besar zat
pencemar yang dihasilkan dapat diminimisasi. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang sistem usaha peternakan yang menerapkan produksi
bersih, sekaligus sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah dan swasta dalam
pengembangan sistem usaha
peternakan yang ramah lingkungan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Ø Buret
Ø Gelas Beker
Ø Filter paper
Ø Hot plate
3.2
Bahan
-
HNO3
pekat
-
H2SO4
pekat
-
Padatan
AgNO3
-
Padatan
NaCl
-
Aquadest
3.3 Prosedur Kerja
A. Pembentukan Endapan
Ditimbang NaCl 0,3 gram
|
larutkan
0,5 mL asam sitrat pekat
|
Aquadest sampai 150 mL
|
Hitung mmol 0,2 M AgNO3
|
Tambahkan AgNO3 sampai kelebihan 10 %
|
Aduk selama pemanasan
Biarkan endapan sempurna mengendap
|
Diamkan selama 30 menit
|
Keringkan endapan
|
Diaduk sedikit demi sedikit
Saring endapan tersebut
|
Letakan dalam
Aluminium foil
|
C. Pengeringan dan Penimbangan
Endapan
Oven pada suhu 120-1300C
|
Timbang endapan yang dihasilkan
|
Dinginkan
|
BAB IV
ANALISIS DATA
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
NaCl yang ditimbang sebesar 0,3 gram, dimasukan ke
dalam 500 mL gelas beker. Larutkan sampel ke dalam aquadest dan encerkan sampai
150 mL, kemudian ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat, setelah itu hitung
hasil dari 0,2 M AgNO3..dicari volume yang dibutuhkan untuk di
tambahkan dengan larutan sampel dalam gelas beker tersebut, volume yang di
dapat sebesar 25,5 mL, kemudian dimasukan ke dalam gelas beker dan selanjutnya
dipanaskan pada suhu 32,10C samapai mendidih sambil dilakukan
pengadukan untuk menghindari terjadinya bumping dari larutan selama pemanasan,
dan untuk menghindari hilangnya endapan. Biarkan endapan sempurna mengendap,
dan untuk mengecek endapan terbentuk sempurna, tambahkan beberapa tetes perak
nitrat. Biarkan penutup beker dan diamkan selama 30 menit, tetapi karena tidak
ada penutup beker maka kami tidak gunakan dan untuk mendinginkan larutan sampel
tersebut, letakan larutan sampel yang terdapat dalam gelas beker ke dalam
baskom berisi air.
Setelah itu timbang kertas saring, hasil yang didapat
sebesar 1,91 gram, kemudian lakukan penyaringan sampai terdapat endapan dan
letakan hasil endapan tersebut beserta kertas saringnya ke dalam aluminium
foil. Setelah itu dikeringkan dengan memasukan ke dalam oven pada suhu 120-1300C
selama 30 menit. Setelah itu dinginkan dan ditimbang. Sehingga hasil hasil
endapan atau hasil praktek yang didapat sebesar 0,69 gram.
4.2 Analisis Data
Menghitung
mmol dari 0,2 M perak nitrat
Reaksi
: NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Dik
: BM NaCl =
58,5 gram/mol Dit : gram AgNO3 ……??????
BM
AgNO3 =
170 gram/mol
Peny
:
-
mol
NaCl =
=
= 0,005 mol = 5,1 mmol
-
perbandingan
mol NaCl : perbandingan mol AgNO3
5,1 : 5,1
-
V
=
=
= 25,5 mL
-
0,2
M AgNO3 50 mL
Gram = M x V x Mr
= 0,2 x 0,05 x 170 gram/mol
= 1,7 gram
Jadi, gram AgNO3 yaitu sebesar 1,7 gram
4.3 Pembahasan
1. Penentuan Kadar Klorida dalam
Sampel
a. Proses pengendapan klor dengan larutan AgNO3
Pada percobaan ini dibuat larutan klorida
dimana dibutuhkan 0,3 gram padatan klorida yang dilarutkan ke dalam 150 mL
akuades. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan 0,5 mL HNO3 dan
AgNO3 setetes demi setetes sampai tetesan AgNO3 tidak
menghasilkan endapan. Dengan adanya penambahan HNO3 dan AgNO3
yang berasal dari ion yang sama yakni NO3- maka hal ini
akan memberikan efek padatan klorida yang ada di dalam larutan akuades yaitu
akan mengurangi kelarutan padatan klorida. AgCl akan mengendap yang hasilnya
pada larutan terbentuk AgCl berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :
Cl- + Ag+ AgCl (putih)
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Larutan selanjutnya dipanaskan, kemudian
ditambahkan AgNO3, penambahan dihentikan jika larutan tidak
membentuk endapan lagi. Larutan yang tidak benar-benar jenuh ini didiamkan
ditempat yang gelap, hal ini dilakukan karena perak klorida peka terhadap
cahaya dimana pada reaksinya terjadi penguraian menjadi perak klor, dengan
perak tetap terdispersi sebagai koloid dalam perak klorida tersebut.
b. Proses isolasi dan pengeringan endapan
Pada tahap ini endapan dari hasil percobaan
yang sebelumnya disaring. Endapan yang dihasilkan dari percobaan sebelumnya, di
masukkan ke dalam oven pada suhu 120-130oC dengan tujuan untuk
menhilangkan air yang dikandung sehingga didapatkan endapan klor murni dan
endapan tidak lagi menempel pada kertas saring. Air dapat tertahan dalam suatu
partikel selama pembentukan kristal dan air yang telah tertahan dapat
dihilangkan pada temperatur tinggi yaitu dengan cara menguapkannya. Dari hasil
perhitungan didapatkan banyaknya klor dalam campuran sebanyak 0,69 gram dan kadar klornya adalah 53 %.
4.4 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan
ini adalah :
1. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan
hasil reaksi pengendapan.
2. Kadar klor dalam larutan
sampel yang ditentukan secara gravimetri adalah sebesar 53%.
3. Rendemen dalam sampel sebesar 230 %
Pertanyaan..???
1.
Jelaskan fungsi penambahan HNO3
..?
Jawab
:
Fungsi
penambahan HNO3 dan AgNO3 yang berasal dari ion yang sama
yakni NO3- maka hal ini akan memberikan efek padatan
klorida yang ada di dalam larutan akuades yaitu akan mengurangi kelarutan
padatan klorida. AgCl akan mengendap yang hasilnya pada larutan terbentuk AgCl
berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :
Cl- + Ag+ AgCl (putih)
2. Hitunglah
persen Cl dalam sampel..?
Jawab :
Menghitung persen cl dalam sampel
Dik
: berat sampel = 0,3
gram Dit : % Cl
dalam sampel ..???
Berat endapan = 0,69
gram
Peny
: Reaksinya
Ag+ + Cl- AgCl
% Cl =
x 100
=
x 100
=
x 100
=
x 100
=
0,53 x 100
= 53
Jadi,
persen Cl yang di dapat sebesar 53 %
Menghitung
rendemen
Rendemen =
x 100 %
=
x 100 %
=
2,3 x 100 %
=
230 %
Jadi,
rendemen yang di dapat sebesar 230 %
3. Bagaimana untuk mendapatkan
endapan yang besar selama percobaan..?
Jawab
:
Untuk
mendapatkan endapan yang besar selama percobaan harus di lakukan pemanasan
semaksimal mungkin dan banyak di tambahkan larutan HNO3 dan AgNO3
karena kedua larutan tersebut yang dapat membentuk endapan berwarna
putih..karena sama-sama memilki ion NO3-…
apakah tidak ada daftar pustakanya?
BalasHapusKalo menurut saya laprak nya sangat efisien dan bacaan mudah dimengerti,sayangnya utk kelengkapan kurang dapus nih hhe
BalasHapus